CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Rabu, 05 Januari 2011

Ayah, Anak, dan Keledainya

Alkisah, ada seorang ayah dan anak bersama seekor keledai berjalan menuju suatu tempat melewati kota. Hari pertama, ayah dan anak berjalan kaki menuntun keledainya melewati keramaian kota. Orang-orang di sekitarnya mengatakan,”payah sekali ayah dan anak itu, punya keledai tidak dimanfaatkan malah berjalan kaki.”

Hari kedua, mereka melanjutkan perjalanannya, sang ayah berjalan kaki dan si anak naik keledai. Kemudian orang-orang di sekitarnya berkata,”kurang ajar sekali anak itu, ayahnya capek berjalan kaki sedangkan dia enak duduk di atas keledai.”

Hari ketiga, mereka melanjutkan perjalanan lagi, sang ayah naik keledai sedangkan si anak berjalan kaki. Lagi-lagi orang kota berkomentar,”kenapa ayah itu tega sekali kepada anaknya, dia enak duduk di atas keledai sedangkan anaknya capek berjalan kaki.”

Hari keempat, mereka masih melanjutkan perjalanan mereka, kali ini mereka berdua naik keledai. Orang-orang di sekitar masih juga berkomentar,”kasihan sekali keledai itu dinaiki oleh dua orang sekaligus, keledai itu pasti merasakan beban yang sangat berat, ayah dan anak itu tega sekali pada keledainya sendiri.”



Moril dari kisah ini, kita tidak bisa selalu menuruti dan melakukan sesuai dengan apa yang orang lain katakan, dan sebaiknya memang tidak. Orang lain mengatakan hal yang berbeda satu sama lain, bisa saja benar dan bisa saja salah. Kita harus bisa memilih mana yang benar dan mana yang salah, berdasarkan apa? Tentu berdasar perkataan Tuhan, yaitu Kitab Suci. Surat Paulus kepada jemaat di Roma berkata, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah : apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”





Inspirated from : warta gereja GBT.KAO Semarang

0 komentar: